Sabtu, 03 November 2012

Teori Lokasi industri



Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut.


Tiga Teori Utama Perusahaan dan Lokasi Idustri
.
Karakteristik
Neoklasik
Keperilakuan
Institusional
Tipe pembuat keputusan
Manusia ekonomi (economic person)
Manusia pemuas (satisfier person)
Tekno struktur
Kapabilitas pembuat keputusan
Rasionalitas sempurna (perfect rationality) informasi
Bounded rationality, informasi
Strategi dan struktur, kekuasaan
Tujuan
Biaya minimum, keuntungan maksimum
Tingkat aspirasi atau lebih baik
Pertumbuhan, keamanan, dan keuntungan
Teori persaingan
Sempurna (dan fair)
Sempurna? (dan fair)
Monopolistik (un fair)
Lingkup ekonomi
Biaya dan penerimaan
Ruang informasi dan ruang aksi
Bisnis besar, tenaga kerja banyak, pemerintahan yang kuat
Hubungan ekonomi
Perpanjangan tangan
Arus informasi
Negosiasi, kolusi, persuasi
Penentuan ekonomi
Otomatis, seketika
Proses belajar
Proses negosiasi
Perubahan lokasi (jangka panjang)
Mengedaptasi atau mengadopsi kekuatan ekonomi
Belajar adaptasi terhadap kekuatan ekonomi
Ekonomi politik dan tekhnologi




1.    Teori Neo-Klasik
Teori Neo-Klasik menganut faham bahwa perkembangan wilayah selalu berada dalam keseimbangan yang dinamis (equilibirium). Teori ini menjelaskan saling keterhubungan antara komponen-komponen pertumbuhan ekonomi, seperti modal, tabungan, buruh, teknologi dan pertumbuhan penduduk. Menurut teori ini, mekansme pasar bekerja untuk mengoreksi ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam perkembangan ekonomi. Dengan perkataan lain, dari pandangan Neo-Klasik, development adalah proses yang bersifat kumulatif dan diatur oleh mekanisme penyeimbangan (equilibrating mechanism). Proses perkembangan ekonomi bersifat unlinear, dalam arti kata padanan tahap-tahap perkembangan yang bersifat defenitif, dimana seluruh bangsa-bangsa akan mengalaminya.
Arthur lewis memandang bahwa alran capital cenderung bergerak dari wilayah yang tingkat upah buruhnya rendah, sedangkantenaga buruh mengalir dengan arah sebaliknya, sampai terjadi keseimbangan baru lagi. Diasumsikan equilibrium terjadi dalam keadaan pasar yang sempurna.
Karakteristik utama teori Neoklasik dalam menjelaskan lokasi industry adalah pertama, fokus pada variable utama ekonomi (biaya transport, biaya tenaga kerja, dan lain-lain) dengan mengabaikan proses sejarah, ekonomi, politik, dan social. Kedua, menganalisis fakor-faktor ekonomi secara abstrak dengan pendekatan deduktif untuk menarik generalisasi ke mana
Menurut perspektif Neoklasik, teori lokasi dapat digolongkan dalam tiga perspektif, yakni orientasi terhadap biaya transport (teori lokasi klasik), orientasi terhadap input local (local input) (teori lokasi modern), dan teori lokasi perspektif modern lanjutan (teori-teori baru mengenai ekternalitas dinamis, mazhab pertumbuhan perkotaan, dan paradigma berbasis transaksi
Bagi perusahaan yang berorientasi pada biaya transport, ada tiga kemungkinan lokasi, yakni lokasi bahan baku, lokasi pasar (kota), dan lokasi antara (lokasi bahan baku dan lokasi kota atau pasar). Bila biaya transport bahan baku dari lokasi bahan baku ke lokasi pabrik atau perusahaan lebih besar dari biaya transport barang jadi (lokasi pabrik ke lokasi pasar atau kota), maka perusahaan akan menempatkan lokasipabriknya di lokasi bahan baku agar dapat meminimumkan total biaya transport atau memaksimumkan keuntungan sebagai motif ekonomi. Sebaliknya, bila biaya transport barang jadi lebih besar dari biaya transport bahan baku, maka perusahaan memilih lokasi pabrikdi dekat lokasi pasar atau kota. Kalau tidak, perusahaan akan membayar biaya transport barang jadi lebih banyak
Orientasi Bahan Baku
Perusahaan cenderung berorientasi bahan baku apabila tariff angkut per ton/km bahan baku lebih mahal dari tariff angkutan per ton/kmbarang jadi dengan syarat bobot fisik bahan baku dan bobot fisik barang jadi adalah sama. Tariff angkutan bahan baku akan lebih mahal dari tariff angkutan barang jadi apabila bahan baku lebih banyak makan tempat (seperti kapas), lebih mudah rusak atau busuk (buah-buahan untuk buah-buahan dalam kaleng), dan lebih mudah pecah atau lebih berbahaya (bubuk mesiu untuk mercon) dari barang jadi. Weber (1929) mengembangkan indeks material (Material Index, disingkat MI) untuk memprediksi orientasi bahan baku atau pasar, sebagai berikut
Di mana BBL= berat bahan baku local; BPA= berat produk akhir. Bila MI lebih besar dari satu, maka aktivitas ekonomi berorientasi input. Sebaliknya, bila MI lebih kecil dari satu, maka aktivitas ekonomi berorientasi output. Contoh aktivitas yang berorientasi input termasuk industry kayu gelondongan, kapas, pengalengan ikan, dan pasir besi
Orientasi Pasar
 Perusahaan berorientasi pada pasar bila barang jadi relative mahal untuk diangkut. Biaya transport barang jadi akan relative lebih tinggi bila barang jadi membutuhkan banyak tempat (mobil), mudah rusak (es krim), mudah pecah (keramik), atau berbahaya (mercon). Bila bobot bahan baku dan bobot barang jadi sama, tetapi tariff angkutan barang jadi lebih mahal dari tariff angkutan bbahan baku, maka perusahaan akan memilih lokasi dekat pasar agar biaya distribusi rendah
Orientasi Lokasi Diantara Bahan Baku Dan Pasar
Perusahaan berorientasi biaya transport memilih lokasi perusahaannya berada di antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar apabila biaya transport bahan baku sama dengan biaya transport barang jadi. Dalam hal ini, ada tiga kemungkinanlokasi perusahaan yang dapat dipertimbangkan, yakni: (1) di lokasi bahan baku; (2) di lokasi pasar atau kota; serta (3) di lokasi antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar atau kota. Perusahaan yang berbeda di lokasi di antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar atau kota tidak akan terjadi jika ada biaya terminal (biaya bongkar muat di lokasi bahan baku dan di lokasi pasar atau kota) sebab di lokasi bahan baku hanya di keluarkan biaya muat bahan baku dan di lokasi pasar atau kota hanya dibayar biaya bongkar barang jadi. Namun, di lokasi antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar atau kota harus dibayar biaya muat bahan baku dan biaya bongkar barang jadi
Perbedaan antara penentuan lokasi perusahaan berdasarkan orientasi biayatranspor dengan orientasi biaya input. Perusahaan yang berorientasi biaya transport adalah perusahaan yang menganggap biaya transport sebagai factor dominan dalam pengambilan keputusan lokasi. Sebaliknya, perusahaan berorientasi input local adalah perusahaan yang menganggap input local sebagai penentu lokasi perusahaan karena input local merupakan bagian terbesar total biaya perusahaan dan tidak dapat dipindahkan secara efisien dari satu lokasi ke lokasi lain
2.      TEORI KEPERILAKUAN
Teori Neoklasik dikritik oleh para penganjur teori keperilakuan. Para penganjur ini menekankan bahwa dalam dunia nyata, para pengambil keputusan berbeda dalm tujuan, preferensi, pengetahuan, kemampuan, dan rasionalitas. Teori keperilakuan mencoba membuat teori Neoklasik lebih realistik dengan memasukkan isu preferensi lokasi dan struktur organisasi dalam menjelaskan pola lokasi industry. Para pengambil kebijakan dicirikan sebagai “pemuas” karena realitasnya, mereka hanya memiliki informasi dan rasionalitas terbatas. Dengan kata lain, focus perhatiannya adalah pengembangan teori proses pengambilan keputusan tentang lokasi yang amat bervariasi antara perusahaan besar dan kecil
Kunci utama untuk menjelaska keperilakuan lokasi industry adalah dengan menjelaskan basaimana perusahaan-perusaan dalam industry memandang, menerjemahkan, dan mengefaluasi informasi dan factor-faktor yang mempengaruhi proses pemilihan lokasi industry. Kita dapat menyebut sebuah perusahaan dengan “pengolah informasi” di mana lingkungan adalah sumber informasinya dan hubungan antara perusahaan dan lingkungan terjadi karena arus informasi. Organisasi industry merupakan aspek penting dalam menjelaskan lokasi industry. Hal ini terlihat dari karya pada pelopor paradigm keperilakuan, terutama Pred (1967), Townroe (1969), dan Stafford (1972). Intinya, pilihan lokasi merupakan bagian keputusan investasi jangka panjang atau strategi yang kompleks, tidak pasti, subyektif, dan dilakukan oleh pengambil keputusan secara individu atau grup. Oleh karena itu, lokasi pabrik mencerminkan preferensi lokasional, yang membentuk dan dibentuk oleh proses pengambilan keputusan
Dicken (1971) dalam diskusinya mengenai penentuan lokasi industry mendefinisikan lingkungan keperilakun sabagai bagian lingkungan yang objektif dan mencerminkan semua informasi tentang perekonomian (baik secara ragional maupun global). Melalui lingkungan keperilakuan, perusahaan-perusahaan dalam suatu industry dapt saling menerima dan mengirimkan arus informasi srta memberikan sinyal satu sama lain. Dalam praktiknya, inti lingkungan keperilakuan geografis suatu perusahaan terdiri atas lokasi operasionalnya (dan komunitas terkaitannya) serta pengetahuan khusus perusahaan. Lingkungan keperilakuan didefinisikan pula sebagai  berbagai hubungan bisnis yang dikembangkan oleh perusahaan dengan para pemasok, konsumen, dan pemerintah
Perbedaan lingkungan keperilakuan bervariasi antara perusahaan kecil, perusahan dengan satu pabrik, dan perusahaan transnasional. Pertama, lingkungan keprilakuan perusahaan transnasional secara geografis lebih ekstensif dan perusahaan dengan satu pabrik dan perusahaan kecil. Kedua, dalam perusahaan kecil saluran informasi umumnya lebih berpusat pada satu atau dua pengambil kebijakan dan lebih informal serta tidak birokratis dari perusahaan transnasional

3.      TEORI INSTITUSIONAL
Para penganut teori radikal atau institusional menentang teori Neoklasik dan keperilakuan yang merupakan arus utama dalam geografis ekonomi. Dalam konteks geografi industi, pendekatan radikal diasosiasikan dengan geografi perusahaan atau teori strukturalis tentang lokasi industry. Teori tersebut “radikal” karena teori menawarkan paradigm lain dalam melihat proses kapitalisme. Bertentangan dengan teori Neoklasik, teori Radikal berpendapat bahwa proses persaingan tidak secara otomatis menjamin hasil yang secara social diinginkan, bahkan menciptakan ketidakstabilan dan persaingan tidak sehat
Teori Radikal merupakan kritik terhadap teori Neoklasik. Metoderiset teori Neoklasik menggunakan car berfikir ‘linier’ (mencakup car a neoklasik memaparkan teorinya, memformulasikan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan mengevaluasi ulang teori). Kemudian, dalam menjelaskan lokasi industry secara stastik, teori Neoklasik hanya memfokuskan pada variable ekonomi yang teratur. Cara demikian oleh teori Radikaldipandang sebagai pendekatan yang sempit karena akan mengisolasi lokasi dari proses yang mendasar (lebih mendalam) dan gagal dalam mn=enangkap pengaruh kenyataan yang dipenuhi ketidakpastian. Oleh sebab itu, teori Radikal menggunakan studi kasus sebagai cara menangkap fenomena-fenomena yang kompleks dan dinamis serta dipengaruhi factor local, global, nyata, maupun abstrak
            Dalam derspektif teori Radikal, perilaku ekonomi mencakup perilaku lokasi harus mengetahui serta memahami kondisi ekonomi politik. Dalm hal ini, kita mengambil contoh perusahaan transnasional. Perusahaan transnasional memilii kemampuan memodifikasi atau bahkan memanipulasi lokasi serta pasar di mana mereka beroperasi. Perusahaan tidak secara pasif merespons kekuatan dari luar untuk berkompetisi, tetapi secara aktif mencari peluang untuk mengontrol pengaruh eksternal. Perusahaan transnasional menikmati kebebasan merekadalm menentukan lokasi investasi dan menentukan serta memilih tenaga kerja yang mereka inginkan. Kemampuan seperti demikian memberikan posisi tawar perusahaan-perusahaan transnasional dengan pemerintah local dan nasional
                        Kaum strukturalis memandang pertumbuhan ekonomi dibawah system kapitalis adalah sumber krisis. Menurut mereka, penjelasan mengenai lokasi industry haruslah ditempatkan pada tempat yang dalam, konteks kekuatan globalyang lebih luas, serta hubungan produksi yang lebih luas
Teori Radikal menyatakan bahwa agen-agen ekonomi memiliki kekuatan untuk menciptakan perbedaan serta mengubah lingkungannya serta hubungan antara perusahaan dengan lingkungannya. Teori ekonomi industry modern Gilbraith tentang ‘black box’ dan kekuatan kompetatif yang diatur oleh ‘tangan gaib’ sudah tergantikan oleh teori teknostruktur dan strategi-strategi yang dapat diterapkan serta struktur perusahaan besar yang menciptakan bentuk persaingan monopolistic atau oligopolistic
Struktur perusahaan adalah pemanfaatan asset perusahaan yang bersifat fisik maupun manusia dalam manufaktur dan kantor administrasi yang system operasionalnya terintegrasi. Struktur perusahaan berkaitan erat dengan strategi perusahaan. Strategi muncul dari struktur dan pada gilirannya, mengubah struktur. Struktur perusahaan diadaptasikan dengan implementasi strategi perusahaab. Chadler (1962) dalam tesisnya yang berjudul “Structure Follows Strategy” menyatakan bahwa perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, seperti Ford, mengimplementasikan strategi yang menciptakan operasi yang kompleks dan berkala besar, lalu pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jalur komando dan komunitas pada perusahaan
Idealnya, ketika perusahaan tumbuh, fungsi kewirausahaan didesentralisasi Karena para wirausaha secara progresif digantikan oleh kelompok-kelompok manajer dengan departemen pendukung, divisi berdasarkan fungsi (missal: akuntansi, produksi, keuangan, pemasaran, dan personalia), lini produk, dan operasi geografis. Dalam konteks strategi, bentuk organisasi semacam ini disebut multidivisional atau ‘M’ (Kuncoro, 2006). Sejalan dengan disentralisasi fungsi pengambilan keputusan, perusahaan mengembangkan cara-cara baru mengintegrasikan dan mengkoordinasikan operasi perusahaan yang telah terdiversifikasi dan menyebar secar geografis. Dalam derspektif ini, integrasi menghubungkan aliran informasi dalm perusahaan, mekanisme pemantauan dan keseimbangan otonomi, serta menjaga tanggung jawab yang masih tersentralisasi. Dalam perusahaan besar saperti NTC, keputusan atas strategi dan struktur menjadi tanggung jawab teknosstruktur, yaitu birokrasi di mana koalisi kelompok kepentingan memiliki perbedaan pandangan tentang strategi dan struktur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar