Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki
tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi
geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi
maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Salah satu hal banyak dibahas dalam teori
lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu
lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu
lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana
orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini
terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi
dengan pusat tersebut.
Tiga Teori
Utama Perusahaan dan Lokasi Idustri
.
Karakteristik
|
Neoklasik
|
Keperilakuan
|
Institusional
|
|
Tipe
pembuat keputusan
|
Manusia
ekonomi (economic person)
|
Manusia
pemuas (satisfier person)
|
Tekno struktur
|
|
Kapabilitas
pembuat keputusan
|
Rasionalitas
sempurna (perfect rationality) informasi
|
Bounded
rationality, informasi
|
Strategi
dan struktur, kekuasaan
|
|
Tujuan
|
Biaya
minimum, keuntungan maksimum
|
Tingkat
aspirasi atau lebih baik
|
Pertumbuhan,
keamanan, dan keuntungan
|
|
Teori
persaingan
|
Sempurna
(dan fair)
|
Sempurna?
(dan fair)
|
Monopolistik
(un fair)
|
|
Lingkup
ekonomi
|
Biaya dan
penerimaan
|
Ruang
informasi dan ruang aksi
|
Bisnis
besar, tenaga kerja banyak, pemerintahan yang kuat
|
|
Hubungan
ekonomi
|
Perpanjangan
tangan
|
Arus
informasi
|
Negosiasi,
kolusi, persuasi
|
|
Penentuan
ekonomi
|
Otomatis,
seketika
|
Proses
belajar
|
Proses
negosiasi
|
|
Perubahan
lokasi (jangka panjang)
|
Mengedaptasi
atau mengadopsi kekuatan ekonomi
|
Belajar
adaptasi terhadap kekuatan ekonomi
|
Ekonomi
politik dan tekhnologi
|
1. Teori Neo-Klasik
Teori Neo-Klasik menganut
faham bahwa perkembangan wilayah selalu berada dalam keseimbangan yang dinamis
(equilibirium). Teori ini menjelaskan saling keterhubungan antara
komponen-komponen pertumbuhan ekonomi, seperti modal, tabungan, buruh, teknologi
dan pertumbuhan penduduk. Menurut teori ini, mekansme pasar bekerja untuk
mengoreksi ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam perkembangan ekonomi.
Dengan perkataan lain, dari pandangan Neo-Klasik, development adalah proses
yang bersifat kumulatif dan diatur oleh mekanisme penyeimbangan (equilibrating
mechanism). Proses perkembangan ekonomi bersifat unlinear, dalam arti kata
padanan tahap-tahap perkembangan yang bersifat defenitif, dimana seluruh
bangsa-bangsa akan mengalaminya.
Arthur lewis memandang bahwa alran capital cenderung bergerak dari wilayah yang tingkat upah buruhnya rendah, sedangkantenaga buruh mengalir dengan arah sebaliknya, sampai terjadi keseimbangan baru lagi. Diasumsikan equilibrium terjadi dalam keadaan pasar yang sempurna.
Arthur lewis memandang bahwa alran capital cenderung bergerak dari wilayah yang tingkat upah buruhnya rendah, sedangkantenaga buruh mengalir dengan arah sebaliknya, sampai terjadi keseimbangan baru lagi. Diasumsikan equilibrium terjadi dalam keadaan pasar yang sempurna.
Karakteristik utama teori Neoklasik dalam menjelaskan lokasi
industry adalah pertama, fokus pada variable utama ekonomi (biaya transport,
biaya tenaga kerja, dan lain-lain) dengan mengabaikan proses sejarah, ekonomi,
politik, dan social. Kedua, menganalisis fakor-faktor ekonomi secara abstrak
dengan pendekatan deduktif untuk menarik generalisasi ke mana
Menurut perspektif Neoklasik, teori lokasi dapat digolongkan
dalam tiga perspektif, yakni orientasi terhadap biaya transport (teori lokasi
klasik), orientasi terhadap input local (local input) (teori lokasi modern),
dan teori lokasi perspektif modern lanjutan (teori-teori baru mengenai
ekternalitas dinamis, mazhab pertumbuhan perkotaan, dan paradigma berbasis
transaksi
Bagi perusahaan yang berorientasi pada biaya
transport, ada tiga kemungkinan lokasi, yakni lokasi bahan baku, lokasi pasar
(kota), dan lokasi antara (lokasi bahan baku dan lokasi kota atau pasar). Bila
biaya transport bahan baku dari lokasi bahan baku ke lokasi pabrik atau
perusahaan lebih besar dari biaya transport barang jadi (lokasi pabrik ke
lokasi pasar atau kota), maka perusahaan akan menempatkan lokasipabriknya di
lokasi bahan baku agar dapat meminimumkan total biaya transport atau
memaksimumkan keuntungan sebagai motif ekonomi. Sebaliknya, bila biaya
transport barang jadi lebih besar dari
biaya transport bahan baku, maka perusahaan memilih lokasi pabrikdi dekat
lokasi pasar atau kota. Kalau tidak, perusahaan akan membayar biaya transport
barang jadi lebih banyak
Orientasi Bahan Baku
Perusahaan cenderung berorientasi bahan baku apabila
tariff angkut per ton/km bahan baku lebih mahal dari tariff angkutan per
ton/kmbarang jadi dengan syarat bobot fisik bahan baku dan bobot fisik barang
jadi adalah sama. Tariff angkutan bahan baku akan lebih mahal dari tariff
angkutan barang jadi apabila bahan baku lebih banyak makan tempat (seperti
kapas), lebih mudah rusak atau busuk (buah-buahan untuk buah-buahan dalam
kaleng), dan lebih mudah pecah atau lebih berbahaya (bubuk mesiu untuk mercon)
dari barang jadi. Weber (1929) mengembangkan indeks material (Material Index,
disingkat MI) untuk memprediksi orientasi bahan baku atau pasar, sebagai
berikut
Di mana BBL= berat bahan baku local; BPA= berat produk
akhir. Bila MI lebih besar dari satu, maka aktivitas ekonomi berorientasi
input. Sebaliknya, bila MI lebih kecil dari satu, maka aktivitas ekonomi
berorientasi output. Contoh aktivitas yang berorientasi input termasuk industry
kayu gelondongan, kapas, pengalengan ikan, dan pasir besi
Orientasi Pasar
Perusahaan berorientasi pada pasar bila barang
jadi relative mahal untuk diangkut. Biaya transport barang jadi akan relative
lebih tinggi bila barang jadi membutuhkan banyak tempat (mobil), mudah rusak
(es krim), mudah pecah (keramik), atau berbahaya (mercon). Bila bobot bahan
baku dan bobot barang jadi sama, tetapi tariff angkutan barang jadi lebih mahal
dari tariff angkutan bbahan baku, maka perusahaan akan memilih lokasi dekat
pasar agar biaya distribusi rendah
Orientasi Lokasi Diantara Bahan Baku Dan Pasar
Perusahaan berorientasi biaya transport memilih lokasi perusahaannya berada
di antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar apabila biaya transport bahan baku
sama dengan biaya transport barang jadi. Dalam hal ini, ada tiga
kemungkinanlokasi perusahaan yang dapat dipertimbangkan, yakni: (1) di lokasi
bahan baku; (2) di lokasi pasar atau kota; serta (3) di lokasi antara lokasi
bahan baku dan lokasi pasar atau kota. Perusahaan yang berbeda di lokasi di
antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar atau kota tidak akan terjadi jika ada
biaya terminal (biaya bongkar muat di lokasi bahan baku dan di lokasi pasar
atau kota) sebab di lokasi bahan baku hanya di keluarkan biaya muat bahan baku
dan di lokasi pasar atau kota hanya dibayar biaya bongkar barang jadi. Namun, di
lokasi antara lokasi bahan baku dan lokasi pasar atau kota harus dibayar biaya
muat bahan baku dan biaya bongkar barang jadi
Perbedaan antara penentuan lokasi perusahaan berdasarkan orientasi
biayatranspor dengan orientasi biaya input. Perusahaan yang berorientasi biaya
transport adalah perusahaan yang menganggap biaya transport sebagai factor
dominan dalam pengambilan keputusan lokasi. Sebaliknya, perusahaan berorientasi
input local adalah perusahaan yang menganggap input local sebagai penentu
lokasi perusahaan karena input local merupakan bagian terbesar total biaya
perusahaan dan tidak dapat dipindahkan secara efisien dari satu lokasi ke
lokasi lain
2. TEORI KEPERILAKUAN
Teori Neoklasik dikritik oleh para penganjur teori
keperilakuan. Para penganjur ini menekankan bahwa dalam dunia nyata, para
pengambil keputusan berbeda dalm tujuan, preferensi, pengetahuan, kemampuan,
dan rasionalitas. Teori keperilakuan mencoba membuat teori Neoklasik lebih
realistik dengan memasukkan isu preferensi lokasi dan struktur organisasi dalam
menjelaskan pola lokasi industry. Para pengambil kebijakan dicirikan sebagai
“pemuas” karena realitasnya, mereka hanya memiliki informasi dan rasionalitas
terbatas. Dengan kata lain, focus perhatiannya adalah pengembangan teori proses
pengambilan keputusan tentang lokasi yang amat bervariasi antara perusahaan
besar dan kecil
Kunci utama untuk menjelaska keperilakuan lokasi industry
adalah dengan menjelaskan basaimana perusahaan-perusaan dalam industry
memandang, menerjemahkan, dan mengefaluasi informasi dan factor-faktor yang
mempengaruhi proses pemilihan lokasi industry. Kita dapat menyebut sebuah
perusahaan dengan “pengolah informasi” di mana lingkungan adalah sumber
informasinya dan hubungan antara perusahaan dan lingkungan terjadi karena arus
informasi. Organisasi industry merupakan aspek penting dalam menjelaskan lokasi
industry. Hal ini terlihat dari karya pada pelopor paradigm keperilakuan,
terutama Pred (1967), Townroe (1969), dan Stafford (1972). Intinya, pilihan
lokasi merupakan bagian keputusan investasi jangka panjang atau strategi yang
kompleks, tidak pasti, subyektif, dan dilakukan oleh pengambil keputusan secara
individu atau grup. Oleh karena itu, lokasi pabrik mencerminkan preferensi
lokasional, yang membentuk dan dibentuk oleh proses pengambilan keputusan
Dicken (1971) dalam diskusinya mengenai penentuan lokasi
industry mendefinisikan lingkungan keperilakun sabagai bagian lingkungan yang
objektif dan mencerminkan semua informasi tentang perekonomian (baik secara
ragional maupun global). Melalui lingkungan keperilakuan, perusahaan-perusahaan
dalam suatu industry dapt saling menerima dan mengirimkan arus informasi srta
memberikan sinyal satu sama lain. Dalam praktiknya, inti lingkungan
keperilakuan geografis suatu perusahaan terdiri atas lokasi operasionalnya (dan
komunitas terkaitannya) serta pengetahuan khusus perusahaan. Lingkungan
keperilakuan didefinisikan pula sebagai berbagai hubungan bisnis
yang dikembangkan oleh perusahaan dengan para pemasok, konsumen, dan pemerintah
Perbedaan lingkungan keperilakuan bervariasi antara
perusahaan kecil, perusahan dengan satu pabrik, dan perusahaan transnasional.
Pertama, lingkungan keprilakuan perusahaan transnasional secara geografis lebih
ekstensif dan perusahaan dengan satu pabrik dan perusahaan kecil. Kedua, dalam
perusahaan kecil saluran informasi umumnya lebih berpusat pada satu atau dua
pengambil kebijakan dan lebih informal serta tidak birokratis dari perusahaan
transnasional
3. TEORI INSTITUSIONAL
Para penganut teori radikal atau institusional menentang
teori Neoklasik dan keperilakuan yang merupakan arus utama dalam geografis
ekonomi. Dalam konteks geografi industi, pendekatan radikal diasosiasikan
dengan geografi perusahaan atau teori strukturalis tentang lokasi industry.
Teori tersebut “radikal” karena teori menawarkan paradigm lain dalam melihat
proses kapitalisme. Bertentangan dengan teori Neoklasik, teori Radikal
berpendapat bahwa proses persaingan tidak secara otomatis menjamin hasil yang
secara social diinginkan, bahkan menciptakan ketidakstabilan dan persaingan
tidak sehat
Teori Radikal merupakan kritik terhadap teori Neoklasik.
Metoderiset teori Neoklasik menggunakan car berfikir ‘linier’ (mencakup car a
neoklasik memaparkan teorinya, memformulasikan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan mengevaluasi ulang teori). Kemudian, dalam menjelaskan
lokasi industry secara stastik, teori Neoklasik hanya memfokuskan pada variable
ekonomi yang teratur. Cara demikian oleh teori Radikaldipandang sebagai
pendekatan yang sempit karena akan mengisolasi lokasi dari proses yang mendasar
(lebih mendalam) dan gagal dalam mn=enangkap pengaruh kenyataan yang dipenuhi
ketidakpastian. Oleh sebab itu, teori Radikal menggunakan studi kasus sebagai
cara menangkap fenomena-fenomena yang kompleks dan dinamis serta dipengaruhi
factor local, global, nyata, maupun abstrak
Dalam derspektif teori Radikal, perilaku
ekonomi mencakup perilaku lokasi harus mengetahui serta memahami kondisi
ekonomi politik. Dalm hal ini, kita mengambil contoh perusahaan transnasional.
Perusahaan transnasional memilii kemampuan memodifikasi atau bahkan
memanipulasi lokasi serta pasar di mana mereka beroperasi. Perusahaan tidak
secara pasif merespons kekuatan dari luar untuk berkompetisi, tetapi secara aktif
mencari peluang untuk mengontrol pengaruh eksternal. Perusahaan transnasional
menikmati kebebasan merekadalm menentukan lokasi investasi dan menentukan serta
memilih tenaga kerja yang mereka inginkan. Kemampuan seperti demikian
memberikan posisi tawar perusahaan-perusahaan transnasional dengan pemerintah
local dan nasional
Kaum strukturalis memandang
pertumbuhan ekonomi dibawah system kapitalis adalah sumber krisis. Menurut
mereka, penjelasan mengenai lokasi industry haruslah ditempatkan pada tempat
yang dalam, konteks kekuatan globalyang lebih luas, serta hubungan produksi
yang lebih luas
Teori Radikal menyatakan bahwa agen-agen ekonomi memiliki
kekuatan untuk menciptakan perbedaan serta mengubah lingkungannya serta
hubungan antara perusahaan dengan lingkungannya. Teori ekonomi industry modern
Gilbraith tentang ‘black box’ dan kekuatan kompetatif yang diatur oleh ‘tangan
gaib’ sudah tergantikan oleh teori teknostruktur dan strategi-strategi yang
dapat diterapkan serta struktur perusahaan besar yang menciptakan bentuk
persaingan monopolistic atau oligopolistic
Struktur perusahaan adalah pemanfaatan asset perusahaan yang
bersifat fisik maupun manusia dalam manufaktur dan kantor administrasi yang
system operasionalnya terintegrasi. Struktur perusahaan berkaitan erat dengan
strategi perusahaan. Strategi muncul dari struktur dan pada gilirannya,
mengubah struktur. Struktur perusahaan diadaptasikan dengan implementasi
strategi perusahaab. Chadler (1962) dalam tesisnya yang berjudul “Structure
Follows Strategy” menyatakan bahwa perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat,
seperti Ford, mengimplementasikan strategi yang menciptakan operasi yang
kompleks dan berkala besar, lalu pada gilirannya menyebabkan perubahan pada
jalur komando dan komunitas pada perusahaan
Idealnya, ketika perusahaan tumbuh, fungsi kewirausahaan
didesentralisasi Karena para wirausaha secara progresif digantikan oleh
kelompok-kelompok manajer dengan departemen pendukung, divisi berdasarkan
fungsi (missal: akuntansi, produksi, keuangan, pemasaran, dan personalia), lini
produk, dan operasi geografis. Dalam konteks strategi, bentuk organisasi
semacam ini disebut multidivisional atau ‘M’ (Kuncoro, 2006). Sejalan dengan
disentralisasi fungsi pengambilan keputusan, perusahaan mengembangkan cara-cara
baru mengintegrasikan dan mengkoordinasikan operasi perusahaan yang telah
terdiversifikasi dan menyebar secar geografis. Dalam derspektif ini, integrasi
menghubungkan aliran informasi dalm perusahaan, mekanisme pemantauan dan
keseimbangan otonomi, serta menjaga tanggung jawab yang masih tersentralisasi.
Dalam perusahaan besar saperti NTC, keputusan atas strategi dan struktur
menjadi tanggung jawab teknosstruktur, yaitu birokrasi di mana koalisi kelompok
kepentingan memiliki perbedaan pandangan tentang strategi dan struktur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar