Sabtu, 03 November 2012

Potensi Laut Bunaken


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang dari 6°08' LU hingga 11°15'  LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena  menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera  Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508  pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2 (DEPLU 2005). Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)  sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil
Dengan ditetapkannya konvensi PBB
tentang hukum laut Internasional 1982, wilayah laut  Indonesia  yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 7.9 juta km terdiri dari 1.8 juta kmdaratan, 3.2 juta kmlaut teritorial dan 2.9 juta km perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut  Indonesia adalah tiga kali luas daratannya
Dengan jumlah pulau yang sangat banyak dan garis pantai yang demikian panjang tentu Indonesia juga memiliki sumberdaya wilayah pantai dan kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Ada beragam sumberdaya kelautan yang bisa dikembangkan di Indonesia diantaranya potensen biota laut seperti ikan, kandungan minyak bumi, dan sebagainya.
Dalam makalah ini secara terinci akan dibahas mengenai kekayaan sumberdaya kelautan yang ada di Taman Nasional Bunaken terutama terumbu karang dan pemanfaatannya.
B.     Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah ;
1.      Apa yang dimaksud dengan sumberdaya kelautan ?
2.      Bagaimnana potensi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken ?
3.      Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional Bunaken ?
4.      Bagaimana usaha pelestarian di Taman Nasional Bunaken ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang hendak dicapai penulis adalah :
1.      Mengetahui kondisi sumberdaya kelautan yang ada di Indonesia
2.      Mengetahui potensi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken
3.      Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional Bunaken
4.      Mengetahui usaha pelestarian di Taman Nasional Bunaken
D.    Manfaat Penulisan
a.       Manfaat Teoritis
Tugas ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang potensi sumberdaya kelautan yang ada di Indonesia khususnya potensi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken
b.      Manfaat praktis
·         Untuk memenuhi tugas mata kuliah Oseanografi
·         Menambah wawasan tentang sumberdaya kelautan di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sumberdaya Kelautan Di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81.000 km, dimana 2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. Laut merupakan sumber kehidupan karena memiliki potensi kekayaan alam hayati dan nir-hayati berlimpah Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari : Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi Pembangunan adalah sebagai berikut:
1.      Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen), Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau kecil. Sumberdaya ini dalam pemulihannya ada 2 cara yang dapat menyebabkan sumberdaya ini dapat dipulihkan yaitu cara alami dan dengan campur tangan manusia. Cara alami terjadi karena adanya regenerasi sumberdaya yang sangat cepat. Sedangkan dengan campur tangan manusia terjadi pada sumberdaya laut yang memiliki pertumbuhan yang lambat seperti terumbu karang. Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource) Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan meliputi; Perikanan Laut , hutan mangrove, terumbu karang serta energi terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan
2.       Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak bumi dan Gas, Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.Potensi Sumberday. Tidak Pulih (Non Renewable Resource). Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar.
B.     Potensi Sumberdaya di Taman Nasional Bunaken
Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/pesisir. Taman Nasional yang terletak di Sulawesi Utara ini merupakan salah satu taman laut terindah di dunia karena taman ini memiliki jenis orgainsme akuatik yang langka seperti ikan duyung, lumba-lumba dan berbagai jemis ikan hias. Sementara di wliyah daratan banyak dijumpai monyet hitam. Taman ini berada di segitiga terumbu karang yang menjadi habita bagi 390 spesies terumbu karag dan juga berbagai spesies ikan.
Pada bagian Utara terdiri dari pulau Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Montehage, pulau Siladen, pulau Nain, pulau Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sedangkan pada bagian Selatan meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.

Potensi Taman Nasional Laut Bunaken
1.      Potensi Biologi
Habitat Dataran
Potensi biologi daratan di pulau-pulau Taman Nasional Bunaken kaya dengan jenis-jenis flora palma, sagu, woka, silar dan kelapa. Pohon mangga, pisang dan buah-buahan lain tersebar dimana-mana yang menjadi makanan bagi aneka serangga burung dan kelelawar. Jenis-jenis faunanya antara lainYaki (kera hitam Sulawesi) dan Kuskus yang merupakan penghuni hutan di Pulau Manado Tua. Rusa terdapat di rawa-rawa pulau Mantehage pada siang hari dan keluar merumput di senja hari.
Habitat Lamun dan Rumput Laut
Padang lamun dan rumput laut merupakan jenis-jenis tumbuhan laut. Rumput laut tidak seperti ganggang. Memiliki akar dan menghasilkan biji, sehingga dapat membentuk hamparan luas yang merupakan tempat ikan bertelur dan berkembang. Padang lamun dan rumput laut banyak terdapat di TAMAN NASIONAL Bunaken terutama dekat Arakan Wawontulap. Habitat lamun dan rumput laut merupakan habitat bagi jenis duyung dan penyu laut.
Habitat Hutan Bakau
Lebih kurang 1800 ha luasan hutan bakau di Taman Nasional Bunaken. Hutan bakau ini berperan sebagai penyaring endapan lumpur dari daratan dan mencegah erosi garis pantai. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis. Kepiting, udang, moluska, dan ikan-ikan muda dari berbagai jenis. Juga sebagai tempat bertelurnya kebanyakan jenis ikan. Beraneka jenis burung laut dan pantai seperti camar, bangau, dara laut, cengak terdapat disini.
Habitat Pantai Pasir
Pantai pasir P. Bunaken, Manado Tua dan terutama Siladen kaya dengan kehidupan berbagai jenis umang, kepiting dan udang.
Habitat Terumbu Karang
Terumbu tepian mendominasi perairan pesisir, selain terumbu penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal, menghujam di bawah permukaan air hingga 25-50 meter. Terdapat 58 jenis keluarga binatang karang sudah teridentifikasi. Karang berkulit keras yang berjasa membangun terumbu karang. Belalainya yang, walau hanya 1 mm, mengeluarkan zat kapur yangmembentuk terumbu karang.
Tebing bawah air memiliki banyak ceruk, celah dan rekahan, tempat persembunyian berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut. Selain karang keras, terdapat biota laut, bintang laut, teriping, dll. Terdapat pula jenis kima (Tridacna sp.), bahkan kima raksasa (Tridakna gigas) yang ukurannya bisa mencapai satu meter. Dataran terumbu karang ini lebarnya bisa mencapai 2,5 km. Jenis-jenis ikan yang umum dijumpai antara lain wrase, dansel, trigger, sweetlip, unicorn dll. Jumlah jenis-jenis ikan lebih dari 2000 jenis.
Habitat Laut Dalam
Salah satu keunikan Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang memisahkannya dengan daratan Sulawesi, yang bisa mencapai 1000 meter. Kedalaman ini menjadi semacam tekanan berbagai aktifitas manusia di daratan Sulawesi yang dapat berpengaruh buruk terhadap Taman Nasional Bunaken. Mungkin inilah yang menyebabkan Taman Nasional Bunaken sampai saat ini intensitas kerusakan masih lebih rendah dibandingkan banyak taman laut lainnya. Jenis-jenis Ikan-ikan besar seperti ikan tuna, marlin, hiu kepala palu, pari, layar, cekalang, barakuda, lumba-lumba dan bahkan paus kerap melewati perairan ini.
2.      Potensi Sosial Ekonomi
Lebih dari 20.000 jiwa penduduk yang hidup di wilayah Taman Nasional Laut Bunaken bermata pencaharian nelayan. Interaksi antar budaya sangat tinggi, terlihat dari penggunaan bahasa yang sama, serta kesamaan teknik pemanfaatan potensi sumber   daya alam. Beberapa akomodasi dilakukan oleh etnis tertentu, sebagi hasil interaksinya dengan kelompok lain. Pemilkan lahan umumnya masih bersifat hak adat, berupa tanah warisan. Tidak terdapat sistem pemilikan atas rataan terumbu dan perairan dangkal. Masyarakat setempat, terdiri dari sekitar tujuh kelompok suku, yang lebih dari tiga generasi lalu, diperkirakan telah membentuk suatu keseimbangan ekologis tertentu.


C.    Potensi Terumbu Karang di Taman Nasional Laut Bunaken
 

D.    Pengelolaan Taman Nasional Laut Bunaken
Berbagai komponen terkait dalam sistem kelautan Indonesia perlu dikelola dengan optimal dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan, produktifitas ekonomi, dan kondisi politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan bangsa. Kelestarian laut IndonesiaKenyataan menunjukkan bahwa dalam periode terakhir ini sumberdaya laut Indonesia terancam kelestariannya dengan berbagai permasalahan. Permasalahan utama  diantaranya adalah  pencurian dan eksploitasi ikan besar-besaran, kerusakan terumbu karang, menipisnya cadangan minyak bumi, sengketa batas dengan negara tetangga dll. Keterbaharuan sumberdaya laut pun merupakan hal yang relatif, seperti telah disampaikan oleh Venema (1996) bahwa populasi ikan yang berada pada wilayah perairan dengan kondisi tangkap kurang (underfished) umumnya terdiri dari kelompok umur „tua‟ dan „sangat tua‟ yang proses pergantiannya membutuhkan  waktu lama dan penambahan kapal ikan yang lebih banyak pada saat yang bersamaan akan menyebabkan kerusakan yang tidak bisa dipulihkan.
Pasang surut kejayaan kelautan di Nusantara menunjukkan dengan bukti-bukti bahwa keadaan alam merupakan faktor yang relatif permanen, sementara keadaan manusia merupakan faktor variabel (YPMI 2004).   Dengan potensi alami kelautan yang sangat besar, pasang-surut pengelolaan laut Indonesia lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor variabel keadaan manusia yang relatif mudah berubah dibandingkan faktor-faktor keadaan alam. Karakterisasi faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. keadaan (kuantitas dan kualitas) alam yang ditentukan oleh faktor-faktor:
- posisi geografis (nilai strategis lokasi)
- keadaan fisik (kekayaan sumberdaya alam dan iklim);
- cakupan teritori (luas laut, panjang garis pantai, jumlah dan luas pulau)
2. keadaan (kuantitas dan kualitas) manusia yang ditentukan oleh fakto faktor:
- populasi atau jumlah penduduk
- karakter manusia
- karakter pemerintahan.
Pasang-surut Daya Maritim Indonesia tercermin dari lintasan sejarahnya.  Pemerintahan Sriwijaya, Majapahit, atau Hindia-Belanda telah  berhasil memanfaatkan  posisi  dan kondisi geografis Indonesia. Kebergantungannya pada perdagangan maritim dan sumberdaya laut setara dengan kebijakan dan persepsi pemerintahan. Pada gilirannya muncul masa kejayaan maritim karena timbulnya  kekuatan ekonomi dan teknologi maritim, yang didukung oleh kultur  sosial  politik  memadai. Pemerintahan Mataram dan Orde Baru tidak memiliki persepsi dan kebijakan yang setara dengan potensi sumberdaya kemaritiman Indonesia, sehingga dunia maritim terpuruk dan tidak produktif.
Pengelolaan Taman Nasional Bunaken adalah berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 yaitu, melalui pembagian wilayah-wilayah fungsional yang disebut Zonasi (mintakat). Pengusulan Zonasi di Taman Nasional Bunaken memperhatikan pola pemanfaatan ekstraktif oleh masyarakat setempat, dan pemanfaatan estetika bagi pariwisata alam (terutama pariwisata selam)
 Penilaian dan kriteria dasar, Zonasi Taman Nasional Bunaken terdiri atas tiga zona utama, yaitu Zona inti, Zona Pemanfaatan, dan Zona lainnya. Zona inti ditujukan untuk pelestarian alam dan perlindungan habitat-habitat. Zona pemanfaatan diperuntukkan bagi tujuan pariwisata alam, terdiri dari zona pemanfaatan intensif dan zona pemanfaatan terbatas hanya pada biota, habitat dan ekosistem kawasan, melainkan juga proses ekologis yang dinamis, termasuk kegiatan manusia menyangkut pemanfaatan sumber daya alam dan ruang wilayah.
Pola dan sifat pengelolaan Taman Nasional Bunaken didukung dan dikoordinasikan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Balai Taman Nasional Bunaken, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan. Sistem manajemen UPT Balai Taman Nasional Bunaken meliputi koordinasi dan komunikasi serta kemampuan koordinasi dan komunikasi UPT Balai Taman Nasional Bunaken mampu mewadahi peran serta lembaga-lembaga lain yang terkait, swasta LSM, perguruan tinggi dan masyarakat setempat, dalam mendukung kelancaran pengelolaan Taman Nasional Bunaken. Kemampuan teknis pengelolaan agar UPT Balai Taman Nasional Bunaken mampu memegang peranan sebagai koordinator bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan potensi kawasan Taman Nasional Bunaken. Usaha pengelolaan ini dibantu oleh Natural Resources management Project (NRMP), yang merupakan Proyek Bantuan Luar Negeri kerjasama antara USAID-BAPPENAS dan Departemen Kehutanan. Proyek NRMP berakhir pada pertengahan tahun1997 dan kemudian dilanjutkan dengan Proyek NRMP fase ke-II.
E.     Permasalahan Dalam Pengelolaan
Tingkat kerusakan biofisik lingkunganwilayah pesisir sangat  mengkhawatirkan. Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi  kerusakan biofisik wilayah pesisir adalah:
1.        Overeksploitasi sumberdaya hayati lau takibat penangkapan ikan yang  melampaui potensi (overfishing), pencemaran dan degradasi fisik hutan  mangrove dan terumbu karang sebagai sumber makanan biota laut tropis
2.        Pencemaranakibat kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources) maupun akibat kegiatan dilaut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan laut dan kapal  tankerdan kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai.
3.        Bencana alamseperti tsunami, banjir, erosi, dan badai
4.        Konflik pemanfaatan ruangseperti antara pertanian dan kegiatan di daerah hulu lainnya, aquakultur, perikanan laut, permukiman. Konflik pemanfaatan ruang disebabkan terutama karena tidak adanya aturan yang jelas tentang penataan ruang dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan.
5.        Kemiskinan masyarakat pesisiryang turut memperberat tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir yang tidak terkendali. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum adanya konsep pembangunan masyarakat pesisir sebagai subyekdalam pemanfaatan sumberdaya pesisir.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81.000 km, dimana 2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. Laut merupakan sumber kehidupan karena memiliki potensi kekayaan alam hayati dan nir-hayati berlimpah Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari : Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2.
Salah satu potensi sumberdaya kelautan yang ada di Indonesia adalah Taman Nasional Laut Bunaken yang merupakan salah satu taman laut terindah di dunia karena taman ini memiliki jenis orgainsme akuatik yang langka. Potensi sumberdaya yang menonjol adalah potensi terumbu karang. Terumbu tepian mendominasi perairan pesisir, selain terumbu penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal, menghujam di bawah permukaan air hingga 25-50 meter. Terdapat 58 jenis keluarga binatang karang sudah teridentifikasi. Karang berkulit keras yang berjasa membangun terumbu karang. Belalainya yang, walau hanya 1 mm, mengeluarkan zat kapur yangmembentuk terumbu karang.
Dalam upaya pengembanagan dan pelestariannya diperlukan usaha yang keras. Masih banyak permasalahan yang muncul dan perlu penanganan secara serius agar tidak menyebabkan keruskan lingkungan
B.     Saran
Pengelolaan sumberdaya laut yang berkelanjutan harus dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai komponen  bangsa Indonesia, agar sumberdaya laut yang relatif terbatas besarnya dapat dimanfaatkan dengan  efisien dan lestari  untuk dapat memenuhi seluruh jenis pemanfaatan yang dibutuhkan. Kebijakan pemerintah, penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan laut, merupakan faktor-faktor utama yang  masih harus  diimplementasikan dengan lebih baik


DAFTAR PUSTAKA
http://artikelhot.com/. Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.03
http://pendakierror.com/index.htm. Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.15
http://maulanusantara.wordpress.com/. Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar