BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia
terbentang dari 6°08' LU hingga 11°15'
LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi geografis
sangat strategis, karena menjadi
penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua
Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki
garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2
(DEPLU 2005). Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis
pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200
mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil
Dengan ditetapkannya konvensi PBB
tentang hukum laut
Internasional 1982, wilayah laut
Indonesia yang dapat dimanfaatkan
diperkirakan mencapai 7.9 juta km terdiri dari 1.8 juta kmdaratan, 3.2 juta kmlaut
teritorial dan 2.9 juta km perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km tersebut
adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya
Dengan jumlah pulau yang sangat banyak dan garis
pantai yang demikian panjang tentu Indonesia juga memiliki sumberdaya wilayah
pantai dan kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan.
Ada beragam sumberdaya kelautan yang bisa dikembangkan di Indonesia diantaranya
potensen biota laut seperti ikan, kandungan minyak bumi, dan sebagainya.
Dalam makalah ini secara terinci akan dibahas
mengenai kekayaan sumberdaya kelautan yang ada di Taman Nasional Bunaken
terutama terumbu karang dan pemanfaatannya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah ;
1. Apa
yang dimaksud dengan sumberdaya kelautan ?
2. Bagaimnana
potensi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken ?
3. Apa
saja permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional Bunaken ?
4. Bagaimana
usaha pelestarian di Taman Nasional Bunaken ?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan yang hendak dicapai penulis adalah :
1. Mengetahui
kondisi sumberdaya kelautan yang ada di Indonesia
2. Mengetahui
potensi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken
3. Mengetahui
permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional Bunaken
4. Mengetahui
usaha pelestarian di Taman Nasional Bunaken
D.
Manfaat
Penulisan
a. Manfaat
Teoritis
Tugas ini diharapkan
mampu menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang potensi sumberdaya
kelautan yang ada di Indonesia khususnya potensi terumbu karang di Taman
Nasional Bunaken
b. Manfaat
praktis
·
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Oseanografi
·
Menambah wawasan tentang sumberdaya
kelautan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sumberdaya
Kelautan Di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
panjang pantai lebih dari 81.000 km, dimana 2/3 wilayah kedaulatannya berupa
perairan laut. Laut merupakan sumber kehidupan karena memiliki potensi kekayaan
alam hayati dan nir-hayati berlimpah Potensi wilayah pesisir dan lautan
Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari : Perairan Nusantara seluas
2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1
juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta
km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis
pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi
Pembangunan adalah sebagai berikut:
1.
Sumberdaya
yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen),
Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau
kecil. Sumberdaya ini dalam pemulihannya ada 2 cara yang dapat menyebabkan
sumberdaya ini dapat dipulihkan yaitu cara alami dan dengan campur tangan
manusia. Cara alami terjadi karena adanya regenerasi sumberdaya yang sangat
cepat. Sedangkan dengan campur tangan manusia terjadi pada sumberdaya laut yang
memiliki pertumbuhan yang lambat seperti terumbu karang. Potensi Sumberdaya
Pulih (Renewable Resource) Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia
dipandang dari segi Perikanan meliputi; Perikanan Laut , hutan mangrove,
terumbu karang serta energi terbarukan serta jasa seperti transportasi,
pariwisata bahari yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan
2.
Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
seperti; Minyak bumi dan Gas, Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta
Karun.Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion). Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata,
Perhubungan dan Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.Potensi
Sumberday. Tidak Pulih (Non Renewable Resource). Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral
dan bahan tambang yang besar.
B.
Potensi Sumberdaya di Taman Nasional Bunaken
Taman
Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang
terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem
daratan/pesisir. Taman Nasional yang terletak di Sulawesi Utara ini merupakan
salah satu taman laut terindah di dunia karena taman ini memiliki jenis
orgainsme akuatik yang langka seperti ikan duyung, lumba-lumba dan berbagai
jemis ikan hias. Sementara di wliyah daratan banyak dijumpai monyet hitam.
Taman ini berada di segitiga terumbu karang yang menjadi habita bagi 390
spesies terumbu karag dan juga berbagai spesies ikan.
Pada
bagian Utara terdiri dari pulau Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Montehage,
pulau Siladen, pulau Nain, pulau Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir
Tanjung Pisok. Sedangkan pada bagian Selatan meliputi sebagian pesisir Tanjung
Kelapa.
Potensi Taman Nasional Laut Bunaken
1.
Potensi
Biologi
Habitat Dataran
Potensi biologi daratan di pulau-pulau Taman Nasional Bunaken kaya dengan
jenis-jenis flora palma, sagu, woka, silar dan kelapa. Pohon mangga, pisang dan
buah-buahan lain tersebar dimana-mana yang menjadi makanan bagi aneka serangga
burung dan kelelawar. Jenis-jenis faunanya antara lainYaki (kera hitam
Sulawesi) dan Kuskus yang merupakan penghuni hutan di Pulau Manado Tua. Rusa
terdapat di rawa-rawa pulau Mantehage pada siang hari dan keluar merumput di
senja hari.
Habitat Lamun dan Rumput Laut
Padang lamun dan rumput laut merupakan jenis-jenis tumbuhan laut. Rumput
laut tidak seperti ganggang. Memiliki akar dan menghasilkan biji, sehingga
dapat membentuk hamparan luas yang merupakan tempat ikan bertelur dan
berkembang. Padang lamun dan rumput laut banyak terdapat di TAMAN NASIONAL
Bunaken terutama dekat Arakan Wawontulap. Habitat lamun dan rumput laut
merupakan habitat bagi jenis duyung dan penyu laut.
Habitat Hutan Bakau
Lebih kurang 1800 ha luasan hutan bakau di Taman Nasional Bunaken. Hutan
bakau ini berperan sebagai penyaring endapan lumpur dari daratan dan mencegah
erosi garis pantai. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis. Kepiting, udang,
moluska, dan ikan-ikan muda dari berbagai jenis. Juga sebagai tempat
bertelurnya kebanyakan jenis ikan. Beraneka jenis burung laut dan pantai
seperti camar, bangau, dara laut, cengak terdapat disini.
Habitat Pantai Pasir
Pantai pasir P. Bunaken, Manado Tua dan terutama Siladen kaya dengan
kehidupan berbagai jenis umang, kepiting dan udang.
Habitat Terumbu Karang
Terumbu tepian mendominasi perairan pesisir, selain terumbu penghalang.
Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal, menghujam di bawah permukaan
air hingga 25-50 meter. Terdapat 58 jenis keluarga binatang karang sudah
teridentifikasi. Karang berkulit keras yang berjasa membangun terumbu karang.
Belalainya yang, walau hanya 1 mm, mengeluarkan zat kapur yangmembentuk terumbu
karang.
Tebing bawah air memiliki banyak ceruk, celah dan rekahan, tempat
persembunyian berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut. Selain karang
keras, terdapat biota laut, bintang laut, teriping, dll. Terdapat pula jenis
kima (Tridacna sp.), bahkan kima raksasa (Tridakna gigas) yang ukurannya bisa
mencapai satu meter. Dataran terumbu karang ini lebarnya bisa mencapai 2,5 km.
Jenis-jenis ikan yang umum dijumpai antara lain wrase, dansel, trigger,
sweetlip, unicorn dll. Jumlah jenis-jenis ikan lebih dari 2000 jenis.
Habitat Laut Dalam
Salah satu keunikan Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang
memisahkannya dengan daratan Sulawesi, yang bisa mencapai 1000 meter. Kedalaman
ini menjadi semacam tekanan berbagai aktifitas manusia di daratan Sulawesi yang
dapat berpengaruh buruk terhadap Taman Nasional Bunaken. Mungkin inilah yang
menyebabkan Taman Nasional Bunaken sampai saat ini intensitas kerusakan masih
lebih rendah dibandingkan banyak taman laut lainnya. Jenis-jenis Ikan-ikan
besar seperti ikan tuna, marlin, hiu kepala palu, pari, layar, cekalang,
barakuda, lumba-lumba dan bahkan paus kerap melewati perairan ini.
2.
Potensi
Sosial Ekonomi
Lebih
dari 20.000 jiwa penduduk yang hidup di wilayah Taman Nasional Laut Bunaken
bermata pencaharian nelayan. Interaksi antar budaya sangat tinggi, terlihat
dari penggunaan bahasa yang sama, serta kesamaan teknik pemanfaatan potensi
sumber daya alam. Beberapa akomodasi
dilakukan oleh etnis tertentu, sebagi hasil interaksinya dengan kelompok lain.
Pemilkan lahan umumnya masih bersifat hak adat, berupa tanah warisan. Tidak
terdapat sistem pemilikan atas rataan terumbu dan perairan dangkal. Masyarakat
setempat, terdiri dari sekitar tujuh kelompok suku, yang lebih dari tiga
generasi lalu, diperkirakan telah membentuk suatu keseimbangan ekologis
tertentu.
C.
Potensi
Terumbu Karang di Taman Nasional Laut Bunaken
D.
Pengelolaan
Taman Nasional Laut Bunaken
Berbagai komponen terkait dalam sistem kelautan
Indonesia perlu dikelola dengan optimal dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
kelestarian lingkungan, produktifitas ekonomi, dan kondisi politik, ekonomi,
sosial budaya serta pertahanan dan keamanan bangsa. Kelestarian laut
IndonesiaKenyataan menunjukkan bahwa dalam periode terakhir ini sumberdaya laut
Indonesia terancam kelestariannya dengan berbagai permasalahan. Permasalahan
utama diantaranya adalah pencurian dan eksploitasi ikan besar-besaran,
kerusakan terumbu karang, menipisnya cadangan minyak bumi, sengketa batas
dengan negara tetangga dll. Keterbaharuan sumberdaya laut pun merupakan hal
yang relatif, seperti telah disampaikan oleh Venema (1996) bahwa populasi ikan
yang berada pada wilayah perairan dengan kondisi tangkap kurang (underfished)
umumnya terdiri dari kelompok umur „tua‟ dan „sangat tua‟ yang proses
pergantiannya membutuhkan waktu lama dan
penambahan kapal ikan yang lebih banyak pada saat yang bersamaan akan
menyebabkan kerusakan yang tidak bisa dipulihkan.
Pasang surut kejayaan kelautan di Nusantara
menunjukkan dengan bukti-bukti bahwa keadaan alam merupakan faktor yang relatif
permanen, sementara keadaan manusia merupakan faktor variabel (YPMI 2004). Dengan potensi alami kelautan yang sangat
besar, pasang-surut pengelolaan laut Indonesia lebih dipengaruhi oleh
faktor-faktor variabel keadaan manusia yang relatif mudah berubah dibandingkan
faktor-faktor keadaan alam. Karakterisasi faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
1. keadaan (kuantitas dan kualitas) alam yang
ditentukan oleh faktor-faktor:
- posisi geografis (nilai strategis lokasi)
- keadaan fisik (kekayaan sumberdaya alam dan
iklim);
- cakupan teritori (luas laut, panjang garis
pantai, jumlah dan luas pulau)
2. keadaan (kuantitas dan kualitas) manusia
yang ditentukan oleh fakto faktor:
- populasi atau jumlah penduduk
- karakter manusia
- karakter pemerintahan.
Pasang-surut Daya Maritim Indonesia tercermin
dari lintasan sejarahnya. Pemerintahan
Sriwijaya, Majapahit, atau Hindia-Belanda telah
berhasil memanfaatkan posisi dan kondisi geografis Indonesia.
Kebergantungannya pada perdagangan maritim dan sumberdaya laut setara dengan
kebijakan dan persepsi pemerintahan. Pada gilirannya muncul masa kejayaan
maritim karena timbulnya kekuatan
ekonomi dan teknologi maritim, yang didukung oleh kultur sosial
politik memadai. Pemerintahan
Mataram dan Orde Baru tidak memiliki persepsi dan kebijakan yang setara dengan
potensi sumberdaya kemaritiman Indonesia, sehingga dunia maritim terpuruk dan
tidak produktif.
Pengelolaan Taman Nasional Bunaken adalah
berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 yaitu, melalui pembagian wilayah-wilayah
fungsional yang disebut Zonasi (mintakat). Pengusulan Zonasi di Taman Nasional
Bunaken memperhatikan pola pemanfaatan ekstraktif oleh masyarakat setempat, dan
pemanfaatan estetika bagi pariwisata alam (terutama pariwisata selam)
Penilaian
dan kriteria dasar, Zonasi Taman Nasional Bunaken terdiri atas tiga zona utama,
yaitu Zona inti, Zona Pemanfaatan, dan Zona lainnya. Zona inti ditujukan untuk
pelestarian alam dan perlindungan habitat-habitat. Zona pemanfaatan
diperuntukkan bagi tujuan pariwisata alam, terdiri dari zona pemanfaatan
intensif dan zona pemanfaatan terbatas hanya pada biota, habitat dan ekosistem
kawasan, melainkan juga proses ekologis yang dinamis, termasuk kegiatan manusia
menyangkut pemanfaatan sumber daya alam dan ruang wilayah.
Pola dan sifat pengelolaan Taman Nasional
Bunaken didukung dan dikoordinasikan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor
Balai Taman Nasional Bunaken, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan. Sistem manajemen UPT Balai Taman
Nasional Bunaken meliputi koordinasi dan komunikasi serta kemampuan koordinasi
dan komunikasi UPT Balai Taman Nasional Bunaken mampu mewadahi peran serta
lembaga-lembaga lain yang terkait, swasta LSM, perguruan tinggi dan masyarakat
setempat, dalam mendukung kelancaran pengelolaan Taman Nasional Bunaken.
Kemampuan teknis pengelolaan agar UPT Balai Taman Nasional Bunaken mampu
memegang peranan sebagai koordinator bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan potensi kawasan Taman Nasional Bunaken. Usaha pengelolaan ini dibantu
oleh Natural Resources management Project (NRMP), yang merupakan Proyek Bantuan
Luar Negeri kerjasama antara USAID-BAPPENAS dan Departemen Kehutanan. Proyek
NRMP berakhir pada pertengahan tahun1997 dan kemudian dilanjutkan dengan Proyek
NRMP fase ke-II.
E.
Permasalahan
Dalam Pengelolaan
Tingkat kerusakan
biofisik lingkunganwilayah pesisir sangat mengkhawatirkan. Adapun faktor-faktor yang
turut mempengaruhi kerusakan biofisik
wilayah pesisir adalah:
1.
Overeksploitasi sumberdaya hayati lau takibat
penangkapan ikan yang melampaui potensi
(overfishing), pencemaran dan degradasi fisik hutan mangrove dan terumbu karang sebagai sumber
makanan biota laut tropis
2.
Pencemaranakibat kegiatan industri,
rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources) maupun
akibat kegiatan dilaut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan
laut dan kapal tankerdan kegiatan
pertambangan dan energi lepas pantai.
3.
Bencana alamseperti tsunami, banjir,
erosi, dan badai
4.
Konflik pemanfaatan ruangseperti antara
pertanian dan kegiatan di daerah hulu lainnya, aquakultur, perikanan laut,
permukiman. Konflik pemanfaatan ruang disebabkan terutama karena tidak adanya
aturan yang jelas tentang penataan ruang dan alokasi sumberdaya yang terdapat
di kawasan pesisir dan lautan.
5.
Kemiskinan masyarakat pesisiryang turut
memperberat tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir yang tidak
terkendali. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum adanya konsep
pembangunan masyarakat pesisir sebagai subyekdalam pemanfaatan sumberdaya
pesisir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81.000 km, dimana
2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. Laut merupakan sumber kehidupan
karena memiliki potensi kekayaan alam hayati dan nir-hayati berlimpah Potensi
wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari :
Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2.
Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2.
Salah satu potensi sumberdaya kelautan yang ada
di Indonesia adalah Taman Nasional Laut Bunaken yang merupakan
salah satu taman laut terindah di dunia karena taman ini memiliki jenis
orgainsme akuatik yang langka. Potensi sumberdaya yang menonjol adalah potensi
terumbu karang. Terumbu tepian mendominasi perairan
pesisir, selain terumbu penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang
vertikal, menghujam di bawah permukaan air hingga 25-50 meter. Terdapat 58 jenis
keluarga binatang karang sudah teridentifikasi. Karang berkulit keras yang
berjasa membangun terumbu karang. Belalainya yang, walau hanya 1 mm,
mengeluarkan zat kapur yangmembentuk terumbu karang.
Dalam upaya pengembanagan dan
pelestariannya diperlukan usaha yang keras. Masih banyak permasalahan yang
muncul dan perlu penanganan secara serius agar tidak menyebabkan keruskan
lingkungan
B.
Saran
Pengelolaan sumberdaya laut yang berkelanjutan harus
dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai komponen bangsa Indonesia, agar sumberdaya laut yang
relatif terbatas besarnya dapat dimanfaatkan dengan efisien dan lestari untuk dapat memenuhi seluruh jenis
pemanfaatan yang dibutuhkan. Kebijakan pemerintah, penegakan hukum dan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan laut, merupakan faktor-faktor utama
yang masih harus diimplementasikan dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
http://artikelhot.com/.
Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.03
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_sulawesi.htm.
Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.08
http://pendakierror.com/index.htm.
Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.15
http://maulanusantara.wordpress.com/.
Diunduh pada 15 juni 2012 pukul 22.10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar