Selasa, 30 Oktober 2012

PERAN TANAH DALAM MERESAPKAN AIR PADA LAHAN HUTAN, SAWAH DAN PERMUKIMAN


PERAN TANAH DALAM MERESAPKAN AIR PADA LAHAN HUTAN, SAWAH DAN PERMUKIMAN 

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Tanah merupakan lapisan terluar dari kontinu yang pembentukan dan perkembangannya di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor aktif dan faktor pasif. Faktor aktif sendiri ada dua yaitu organisme dan iklim yang meliputi suhu dan kelembaban. Faktor pasifnya adalah waktu, relief dan bahan induk. Dimana dari kelima faktor tersebut faktor iklim yang paling dominan, sehingga pembentukan tanah sering dinamakan weathering.
Selain karena pelapukan, tanah juga terbentuk akibat endapan-endapan dari material ( bahan induk) yang telah tererosi oleh agen-agen erosi seperti air, angin, dan air laut yang di transportasikan ke daerah datar atau lebih rendah dari daerah asalnya. Bidang ilmu geografi yang mempelajari tentang tanah disebut dengan geografi tanah, yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan ciri-ciri tanah pada berbagai daerah tertentu dalam konteks keruangan

Tanah memiliki banyak sifat fisik diantaranya: warna tanah, pH, kadar bahan organik, , drainase, tekstur dan struktur. Sehingga analisis mengenai sifat fisik tanah ini akan mampu digunakan sebagai acuan dalam  dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahannya
Dalam makalah ini secara terinci akan dibahas mengenai peran tanah yaitu menyangkut sifat fisik dan kemampuan tanah dalam peresapan air pada lhan hutan, permukiman dan sawah
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah ;
1. Apa yang dimaksud dengan tanah ?
2. Apa yang dimaksud sifat fisik tanah dan kemampuan tanah dalam meresapkan air  ?
3. Apa saja pengaruh sifat fisik tanah dan kemampuan tanah meresapkan air p ada lahan hut an, sawah, dan permukiman ?
4. Bagaimana karakteristik lahan yang mempunyai kemampuan bagus dalam meresapkan tanah ?


C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang hendak dicapai penulis adalah :
1. Mengetahui pengertian tanah kaitannya dengan lahan
2. Mengetahui sifat fisik tanah dan kemampuan tanah dalam meresapkan tanah
3. Mengetahui penagruh sifat fisik tanah dan kemampuan tanah dalam meresapkan air di lahan hutan, sawah dan permukiman
4. Mengetahui lahan yang mempunyai kemampuan baik dalam meresapkan air
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
Tugas ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang pengaruh sifat fisik tanah dan kemampuan tanah dalam meresapkan air di lahan hutan, sawah dan permukiman
b. Manfaat praktis
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Tanah
Menambah wawasan tentang peran tanah dalam meresapkan air

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Fisik Tanah

Tanah memiliki banyak sifat fisik diantaranya: warna tanah, kadar bahan organik,  drainase, tekstur dan struktur. Sehingga analisis mengenai sifat fisik tanah ini akan mampu digunakan sebagai acuan dalam  dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahannya. Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena  warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah  tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh  perbedaan kandungan bahan organik, apabila kandungan bahan organik  dalam tanah tinggi maka tanah akan berwarna kelam atau gelap, bentuk dan  banyaknya senyawa Fe dalam tanah, kondisi drainase dalam tanah atau  keadaan basah dan kering yang silih berganti, pada saat kondisi tanah basah  maka suasananya reduktif besi dalam bentuk Fe++ meninggalkan bercak warna abu-abu kebiruan, dan bila kondisi kering maka  kondisinya oksidatif besi dalam bentuk Feri (Fe+++) dan warna merah kuning
Tekstur tanah menurut Henry D. Foth adalah ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada  kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian dari tanah  yang berukuran > 2 mm disebut Bahan kasar yaitu berupa kerikil atau  kerakal. Bahan-bahan yang berukuran lebih halus dibedakan menjadi :
Pasir    : 2 mm  - 5 0 μ
Debu    : 50 μ – 2 μ
Liat    : < 2 μ
Tekstur tanah  adalah perbandingan relatif (dalam persen) antara  fraksi pasir,  debu dan liat, tektur tanah sangat penting kita ketahui karena  komposisi ketiga fraksi penyusun tanah menentukan sifat-sifat fisika,  fisikokimia dan sifat kimia tanah
Sruktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butiran-butiran atanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti : bahan organik, oksida besi dll. Didaerah curah hujan yang tinggi umumnya ditemukan struktur tanah remah atau gramuler dipermukaan dan gumpal dihorison bawah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah, atau keadaan yang menunjukkan lama dan seringnya jenuh air. Pengertian drainase meliputi drainase permukaan, drainase penampang, dan permeabilitas.

B. Karakteristik Sifat Fisik  Tanah Berbagai  Tipe Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan dari hutan atau perkebunan menjadi lahan pertanian maupun permukiman akan menurunkan fungsi tanah. Tanah merupakan media untuk pertumbuhan vegetasi, terdapat hubungan erat antara komponen tanah, air, dan vegetasi. Bagaimanar kemampuan tanah meresapkan air pada beberapa vegetasi dan tipe penggunaan lahan. Kemampuan tanah meresapkan air diukur dari nilai kapasitas infiltrasi, pada lahan hutan lebih cepat dibandingkan dengan lahan kebun campuran dan sawah. Semakin kritisnya keadaan hidrologi beberapa sungai menyebabkan semakin besarnya angka rasio antara debit maksimum pada musim hujan dengan debit minimum pada musim kemarau, serta semakin mundurnya produktivitas lahan terutama di bagian hulu DAS.
Kondisi tersebut mengakibatkan pada musim hujan terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Perubahan penggunaan lahan diindikasi sebagai salah satu faktor penyebabnya. Perubahan penggunaan lahan dapat mengubah tutupan vegetasi pada lahan terbuka seperti lahan sawah dan tegalan menjadi rumput atau pekarangan, serta cenderung menambah proporsi luas lahan terbangun. Perubahan tutupan vegetasi mengakibatkan terjadi perubahan pada sifat fisik tanah, karena setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda.  Widianto, dkk., (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori.  Alih guna lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan ketebalan.
Terdapat hubungan yang erat antara komponen tanah, air , dan vegetasi penutup lahan dalam suatu DAS. Tanah merupakan media amat penting untuk pertumbuhan vegetasi.  Tanah menyediakan tanaman nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh dan dapat menyimpan air. Jenis tanah yang berbeda akan memiliki perbedaan karakteristik dalam hal sifat fisik, biologi, maupun kimiawi tanah. Sifat-sifat tanah dapat menentukan jenis nutrisi atau zat makanan dalam tanah, banyak air yang dapat disimpan dalam tanah, dan sistem perakaran yang mencerminkan sirkulasi pergerakan air di dalam tanah. Kemampuan tanah dalam meresapkan air tercermin dari jenis vegetasi yang berada di permukaan tanah. Fungsi vegetasi secara efektif dapat mencerminkan kemampuan tanah dalam mengabsorbsi air hujan, mempertahankan atau meningkatkan laju infiltrasi, dan menunjukkan kemampuan dalam menahan air atau kapasitas retensi air (KRA) (Schwab, 1997). Nilai KRA bervariasi menurut jenis vegetasinya, pada lahan bervegetasi nilai KRA relatif lebih besar dibanding lahan tidak bervegetasi. Sawah memiliki nilai KRA sebesar 80 mm, lahan yang didominasi pepohonan nilai KRA sebesar 92 mm, lahan tegalan 48 mm, dan nilai KRA pada permukiman sebesar 20 mm (Agus, dkk. 2002). Pengelolaan tanah dan vegetasi pada berbagai tipe penggunaan lahan seperti hutan, sawah, tegalan, kebun campuran, dan permukiman, dapat menunjukkan nilai limpasan air yang berbeda. Kemampuan dan pola pergerakan air pada setiap penggunaan lahan berbeda. Pada lahan hutan dipercayai dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran, bahkan hutan dapat dipandang sebagai pengatur tata air . Hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau.
Berbagai kondisi sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan menunjukkan hasil yang berbeda. Besaran persentase material tekstur tanah antara pasir , debu dan lempung juga bervariasi. Lempung dan humus juga menjadi pelaku utama proses konversi air menjadi lengas tanah yang tergunakan oleh tumbuhan
Adanya perbedaan sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan akan menentukan
kemampuan tanah meresapkan air. Kondisi penggunaan lahan yang mempengaruhi peresapan air terutama berkaitan dengan faktor dan jenis vegetasi (W inanti, 1996,  V olk, et, al, 2003).  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi sifat fisik tanah akan pada lahan yang vegetasi lebat akan cenderung lebih mampu meresapkan air dibandingkan lahan yang memiliki vegetasi jarang, dan tipe vegetasi, jenis, komposisi, dan kerapatan vegetasi sangat menentukan besar-kecilnya air meresap ke dalam tanah (Lee, 1990). Peran vegetasi dalam peresapan air terutama keberadaan vegetasi dapat meningkatkan kandungan bahan organik

C. Kemampuan  Tanah Meresapkan Airberbagai Tipe Penggunaan Lahan
Kemampuan tanah meresapkan air dikenal dengan istilah kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan laju maksimum tanah menyerap atau mengabsorbsi air, dinyatakan dalam cm/jam. Keanekaragaman tersebut menunjukkan bahwa setiap lokasi mempunyai kapasitas infiltrasi tidak sama, dalam kondisi sifat fisik tanah, jenis vegetasi, dan kadar air awal yang berbeda. Pengukuran infiltrasi dilakukan pada penggunaan lahan yang berbeda (hutan, kebun campuran, dansawah), sehingga menghasilkan nilai kapasitas infiltrasi yang bervariasi. Nilai kapasitas infiltrasi terbesar pada penggunaan lahan hutan, kebun campuran, dan sawah. Laju infiltrasi pada lahan hutan lebih cepat dibandingkan dengan lahan sawah dan kebun campuran. Lahan sawah memiliki laju infiltrasi paling kecil atau mempunyai kemampuan meresapkan air tergolong lambat.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi konstan, pada lahan sawah paling cepat mencapai kondisi konstan diikuti lahan kebun campuran dan hutan. Kapasitas infiltrasi pada penggunaan lahan hutan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan sawah. Karena pada penggunaan lahan hutan tanahnya berstuktur kasar dan vegetasi yang menutupi permukaan tanahnya berupa tanaman keras yang akar-akaran dari tanaman tersebut membuat rongga-rongga dalam tanah yang menyebabkan air lebih mudah terinfiltrasi ke dalam tanah. Pada penggunaan lahan sawah strukturtanahnya lebih halus, lekat, dengan air tanahdangkal menyebabkan air sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi pada lahan rumput dan tegalan yang cenderung rendah disebabkan keduavegetasi memiliki akar serabut dengan kedalaman sangat terbatas kurang mendukung terjadinya proses infiltrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi secara umum yaitu tekstur tanah, jenis vegetasi, aktivitas biologi, kedalaman air tanah, kelembabantanah, dan permeabilitas tanah (Utaya, 2008). Penggunaan lahan hutan yang secara umum termasuk dalam klasifikasi infiltrasi cepat, hal ini lebih disebabkan karena pada penggunaan lahan hutan terdapat faktor-faktor pendukung infiltrasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi pada penggunaan lahan hutan antara lain yaitu: tekstur tanah yang dominan pasir dan mengandung batuan-batuan kecil, vegetasi yang berupa tanaman besar atau tahunan
Penggunaan lahan sawah yang secara umum termasuk dalam klasifikasi infiltrasi lambat, hal ini lebih disebabkan karena pada penggunaan lahan sawah terdapat faktor-faktor penghambat infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi pada penggunaan lahan sawah antara lain yaitu: tekstur tanah yang dominan lempung, vegetasi yang berupa tanaman kecil (padi, palawija, rumput), aktivitas biologi yang relatif sedikit hanya berupa aktivitas akar tanaman yang berbentuk serabut lembut dan organisme tanah hanya berupa semut dan cacing tanah, kedalaman air tanah yang dangkal

D. Kemampuan Potensial Tanah dalam Menahan Air
Berbagai jenis tanah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, bahkan satu jenis tanah yang sama dengan lokasi berbeda dapat  menyebabkan sifat tanah menjadi berbeda pula. Gerakan dan aliran air dalam tanah dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran ruang pori tanah serta arah aliran air yang mengalir di dalam tanah. Bentuk dan sifat fisik tanah terutama ukuran ruang pori setiap jenis tanah berbeda, perbedaan ini erat hubungannya dengan komposisi bahan penyusun tanah.  Tanah sebagai satu sistem yang heterogen, tersusun dari berbagai partikel, mineral, perlapisan, dan terdiri dari butir-butir anorganik maupun organik. Partikel tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam hal susunan kimia, mineral, ukuranbutir, bentuk, dan arah penyebarannya.
Marshal (1958) mengemukakan bahan distribusi ukuran zarah tanah merupakan sifat dasar yang sangat penting, karena dapat menentukan jumlah dan distribusi, ukuran pori tanah, sehingga akan menentukan kemampuan menahan dan mengalirkan air . Kemampuan tanah dalam meresapkan air dihitung menggunakan rumus kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan air limpasan. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai kemampuan potensial tanah pada lahan sawah dan non sawah berdasarkan pada persamaan yang dikembangkan oleh  Agus  et,al. (2002) dan Pusat Penelitian Pengembangan  Tanah dan  Agroklimat Bogor (Yusmandhany , 2004). Kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan aliran permukaan (WP) berbagai tipe penggunaan lahan sawah dan non sawah dihitung berdasarkan total ruang pori tanah, kandungan air tanah pada kapasitas lapang, zona perakaran, dan intersepsi oleh tajuk tanaman.
Nilai WP menunjukkan nilai kapasitas meresapkan air atau mengalirkan air ke sungai sebagai pengendali banjir. Perubahan tipe penggunaan lahan, misalnya dari hutan atau sawah menjadi permukiman atau penggunaan lahan lain akan mempengaruhi kemampuan tanah meresapkan dan mengalirkan air secara keseluruhan. Berkurangnya lahan hijau dapat menyebabkan menurunnya kemampuan tanah meresapkan air (Yusmandhany , 2004). Berkurangnya kemampuan tanah dalam meresapkan air dapat ditingkatkan,dengan cara memperbanyak vegetasi penutup lahann dengan menanam pohon-pohonan, membuat cekdam atau embung, dan memasyarakatkan sistem usaha tani konservasi

BAB III
KESIMPULAN

Perubahan penggunaan lahan dari hutan atau perkebunan menjadi lahan pertanian maupun permukiman akan menurunkan fungsi tanah . Kemampuan meresapkan air ke dalam tanah dapat diukur melalui nilai kapasitas infiltrasi. Kemampuan tanah meresapkan air pada lahan hutan lebih cepat dibandingkan dengan lahan kebun campuran dan sawah . Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi secara umum yaitu tekstur tanah, jenis vegetasi, aktivitas biologi, kedalaman air tanah, kelembabantanah, dan permeabilitas tanah. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi konstan, pada lahan sawah paling cepat mencapai kondisi konstan diikuti lahan kebun campuran dan hutan. Berbagai jenis tanah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, bahkan satu jenis tanah yang sama dengan lokasi berbeda dapat  menyebabkan sifat tanah menjadi berbeda

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2002.  Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,  Y ogyakarta.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/. Di unduh pada 27 juni 2012 pukul 22.23
http://www.polapsda.net/index.php. Di unduh pada 27 juni 2012 pukul 22.37
Lee, R. 1990. Hidrologi Hutan.  Yogyakarta: Gama Press
Yusmandhany, Endang Suparma. 2004.Kemampuan Potensial tanah Menahan Air Hujan dan  Aliran Permukaan Berdasarkan type Penggunaan Lahan di daerah Bogor Bagian tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar